A.
Pengertian Tipologi Belajar
Tipologi
mengandung dua kata yakni “Tipo” dan “Logi”, yang berasal dari “Tipe” dan
“Logos”, Tipe adalah Gaya atau Model, sedangkan Logos adalah Ilmu. Jadi kalau
kata “tipe” digabungkan dengan kata “logi” secara bahsa berarti Ilmu yang
mempelajari tentang tipe. Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tipe
belajar siswa yang artinya cara-cara yang digunakan oleh siswa untuk
mempermudah proses belajarnya sehingga dia merasa mudah menerima dan mengolah
informasi.[1]
Tipologi
belajar siswa yang artinya cara bagaimana yang paling cepat dan mudah bagi
seorang siswa menyerap, memahami dan mengolah informasi yang diberikan
kepadanya. Adapun yang dikemukakan oleh M.Joko Susilo Tipe belajar
adalah suatu proses gerak laku, penghayatan, serta kecenderungan seseorang pelajar
mempelajari atau memperoleh sesuatu ilmu dengan cara yang tersendiri. Pembudayaan ini melibatkan aspek penggunaan ruang atau
lokasi, kemudahan, pencahayaan dan persekitaran. Dalam bab lain juga mengemukakan “Tipe belajar cara yang
cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan
memproses informasi tersebut”.[2]
Tipologi
belajar disini sangat mempengaruhi dan menentukan tinggi rendahnya prestasi
belajar yang diperoleh oleh siswa. Tanpa tipologi belajar yang baik mustahil
akan memperoleh
prestasi yang baik, bahkan siswa akan menghadapai kesulitan-kesulitan dalam belajar itu, didalam
belajar hendaknya mengetahui tipologi belajar apa yang dimilikinya, dengan mengetahui
tipologi belajar tersebut maka siswa akan mudah memahami serta menyerap pelajaran yang
diberikan oleh guru.
Dari .beberapa penjelasan di atas dapat dipahami
bahwa inti dari tipe belajar adalah untuk mendapatkan kemudahan dan kesenangan
dalam memahami pelajaran, kita harus belajar sesuai dengan tipe kita
masing-masing. Proses sikap dan gerak laku yang mudah dan menyenangkan tersebut
tidaklah sama untuksetia individu. Boleh jadi suatu proses sangat mudah dan
menyenangkan bagi seseorang tetapi belum tentu mudah dan menyenangkan bagi
orang lain. Jadi, seorang peserta didik akan menggunakan cara-cara tertentu
untuk membantunya menangkap dan mengerti suatu pelajaran. Kita harus bisa
memperhatikan bagaimana tipe belajar tersebut supaya kita bisa lebih mudah
mengerti materi pelajaran dan kita bisa mengembangkan potensi belajar kita dengan
lebih optimal. Yang menjadi landasan untuk mengetahui tipe belajarkita sendiri
adalah supaya kita bisa memahami dengan cepat dan optimal dalam suatu materi
pelajaran. Dan juga bahwa tidak semua orang tahu bagaimana tipe belajar mereka
sendiri. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai tipe belajar tersebut berikut
ini penulis akan memaarkan macam-macam
tipe belajar yang umum dimiliki oleh setiap orang.
B.
Macam-macam Tipologi Belajar
Tipe belajar
itu sebenarnya banyak, dan bahkan tidak sedikit orang yang bisa belajar dengan
semua tipe belajar tersebut. Bobbi De Porter dan Mike Hemacki dalam buku
Quantum Learningnya membagi tipe belajar tersebut kepada 3 macam yaitu: [3]
1.
Visual,
yaitu belajar dengan cara melihat.
2.
Auditorial,
yaitu belajar dengan cara mendengar.
3.
Kinestetik,
yaitu belajar dengan cara bergerak.
1.
Visual (Visual Learners)
Secara
etimologi visual berarti “penglihatan” atau
“daya lihat”. Dari arti bahasa kita bisa memahami bahwa tipe belajar ini
menggunakan penglihatannya untuk membantu belajarnya (visual learner). Adapun
secara, seperti yang dijelaskan oleh Bobbi de Porter & Mike Hernacki anak
didik yang memiliki tipe belajar visual lebih
senang belajar dengan cara melihat, mengikuti ilustrasi, membaca
instruksi (bukan bacaan) dan mengingat informasi dengan asosiasi visual. Dan
dijelaskan juga dalam buku M. Joko Susilo, tipe belajar visual adalah “tipe
belajar yang merasa mudah untuk belajar bila dengan cara melihat atau membaca bahan pelajaran”. Definisi ini dia
perjelas lagi dalam baba yang berbeda bahwa orang visual “harus melihat dulu
buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya”. Sedangkan dalam bukunya Hamzah B.
Uno, tipe belajar Visual adalah “ harus melihat dulu buktinya untuk kemudian
bias mempercayainya”.
Dari
beberapa definisi di atas kita bisa menyimpulkan bahwa siswa yang mempunyai
tipe belajar akan mudah dan senang dalam memahami/menyerap informasi apabila
disajikan dalam bentuk visual, karena penglihatan dan pengamatan merupakan cara
yang utama bagi mereka untuk mengolah informasi yang ada di sekeliling mereka.
Ada beberapa
karakteristik yang khas bagi siswa yang memyukai gaya belajar visual ini,
yaitu:
a.
Kebutuhan
melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahui atau
memahaminya.
b.
Memiliki
kepekaan yang kuat terhadap warna.
c.
Memiliki
pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik
d.
Memiliki
kesulitan dalam berdialog secara langsung.
e.
Terlalu
reaktif terhadap suara
f.
Sulit
mengikuti anjuran secara lisan.
g.
Sering kali
salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
2.
Auditori (Auditory Learners)
Asal kata
dari “oditor” da “aural”, oditor bersifat pendengaran, sedangkan aural bersifat
telinga. Adapun secara istilah tipe belajar auditorial menurut M. Joko Susilo
adalah tipe belajar yang mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan
mengingatnya. Artinya anak didik yang memiliki tipe belajar auditorial lebih
mudah memahami dan mengolah informasi dengan cara mendengarkan atau meminta
orang lain untuk membacakan instruksi, belajar dengan mendengarkan dan
mengingat apa yang didiskusikan pada apa
yang dilihat, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar. Menurut
Melvin L. Siberman tipe belajar auditorial
adala “mengandalkan mendengar untuk mengingat, selama pelajaran
berlangsung, mereka mungkin banyak berbicara dan mudah teralihkan
perhatiannya oleh suara atau
kebisingan”. Dan menurut Bobbi dePorter & Mike Hernacki juga mengatakan
bahwa tipe belajar auditorial adalah belajar melalui apa yang mereka dengar. Sedangkan
dalam bukunya Hamzah B. Uno mengatakan bahwa tipe belajar auditorial adalah
belajar yang mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingat
pelajaran.
Dari
definisi di atas sudah jelas bahwa kunci keberhasilan tipe belajar auditorial
terletak pada pendengaran. Tipe belajar
ini sangat berbeda dengan tipe belajar visual yang mengandalkan
penglihatan untuk mudah mengingat pelajaran.
Karateristik
siswa yang memiliki gaya belajar ini adalah:
a.
Semua informasi
hanya bisa diserap melalui pendengaran.
b.
Memiliki
kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung.
c.
Memiliki
kesulitan menulis ataupun membaca.
3.
Kinestetik (Kinesthetic Learners)
Kinestetik
asal kata dari “kinestesis” yang artinyaperasaan atau penghayatan pada
otot-otot atau urat-urat daging dan tulang-tulang sendi.Sedangkan secara
istilah seperti yang dijelaskan oleh Bobbi De Porter & Mike Hernacki tipe
belajar kinestetik dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh. Dalam bab yang
lain mereka menjelaskan lagi bahwa
“pelajar kinestetik suka belajar melalui gerakan, dan palingbaik
menghafal informasi engan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta. Artinya
anak didik yang memiliki tipe belajar kinestetik lebih senang dan mudah mengikuti cara belajar yang
berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, ia belajar dengan mulai
mengerjakannya sendiri.
Dalam
bukunya Melvin L. Siberman juga menjelaskan “tipe belajar Kinestetik adalah
belajar terutama dengan terlibat
langsung dalam kegiatan. Mereka cenderung impulsif, semau gue, dan
kurang sabar, selama pelajaran mereka mungkin saja gelisah bila tidak
leluasabergerak dan mengerjakan sesuatu”. Sedangkan dalam bukunya Hamzah B. Uno
menjelaskan bahwa tipe belajar Kinestetik
adalah belajarnya harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu
agar kita bisa mengingatnya. Kinestetik adalah tipe belajar yang ,mengakses
segala jenis gerak dan emosi-ciptakan maupun diingat. Gerakan, koodinasi,
tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik menonjol di sini. Pengertian lebih
sederhananya informasi dengan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta.
Dari
beberapa definisi di atas sudah jelas bahwa keberhasilan belajarnya lebih
banyak mementingkan gerakan-gerakan tubuh. Tipe belajar kinestik ini sudah
sangat jelas berbeda dengan tipe belajar visual dan auditorial yang
mengandalakan penglihatan dan pendengaran untuk memudahkan dalam belajarnya.
Ciri-ciri
gaya belajar kinestetik adalah:
a.
Menyentuh
segala sesuatu yang dijumpainya, termasuk saat belajar.
b.
Sulit
berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak.
c.
Mengerjakan
segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif.
d.
Suka
menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar.
e.
Sulit
menguasai hal-hal abstrak seperti peta, simbol, dan lambang.
f.
Menyukai
praktik/percobaan.
g.
Menyukai
permainan dan aktivitas fisik.[4]
C. Metode-metode Pembelajaran
1) Tipe belajar visual adalah :
a. Belajar dengan menggunakan modul.
b. Belajar dengan menggunakan media/alat
peraga dalam menyajikan materi, seperti
buku/majalah, grafik, diagram, peta pemikiran, OHP, poster.[5]
c. Menggunakan beragam bentuk grafis,
perangkat grafis itu bisa berupa film, slide, gambar ilustrasi, kartu
bergambar, catatan dan kartu-kartu gambar berseri yang bisa digunakan untuk menjelaskan suatu
informasi secara berurutan.
d. Meberikan kesempatan untuk
mengobservasikan media/alat peraga saat menyajikan pelajaran.
e. Membantunya untuk menuliskan hal-hal
penting dalam materi yang dipelajarinya. Berdiri tenang saat menyajikan segmen
informasi, bergeraklah di antara segmen. Sebab, pelajar Visual selalu melihat
bibir guru yang berbicara.
f. Membagi salinan garis besar pelajaran,
dan sisakan ruang kosong untuk catatan.
g. Menciptakan simbol visual atau ikon yang
mewakili konsep kunci.[6]
2) Tipe belajar auditorial
Menurut
Hamzah B. Uno adalah belajar dengan cara diskusi, tanya jawab, dan kerja
kelompok.
a. Menggunakan tape
perekam, membaca informasi kemudian diringkas dalam bentuk lisan dan
direkam untuk kemudian didengarkan dan dipahami.
b. Melakukan reviu secara verbal dengan
teman atau juga guru.[7]
Adapun
metode yang cocok dengan tipe belajar auditorial menurut M. Joko Susilo yaitu;
a. Diskusi dan tanya jawab.
b. Menugaskan siswa auditorial
melakukan reviw secara verbal dengan teman atau pelajar.
c. Bacakan informasi, kemudian ringkas
dalam bentuk lisan bila perlu direkam untuk kemudian didengarkan/dipahami dan
atau dihapal.
d. Perhatikan kondisi fisik sekitar,
usahakan hindari kebisingan atau suara-suara yang mengganggu.[8]
Sedangkan
menurut Bobbi DePorter & Mike Hemacki metode yang cocok unutk siswa
Auditorial adalah;
a. Gunakan variasi vokal (perubahan nada,
kecepatan, dan volume) dalam presentasi.
b. Tambahlah penjelasan dengan contoh,
anekdot, analogi.
c. Gunakan pengulangan meminta siswa
menyebutkan kembali konsep kunci dan petunjuk.
3) Tipe belajar kinestetik adalah:
a. Metode demonstrasi, sosiodrama, dan
karyawisata.
b. Menggunakan berbagai model atau peraga,
bermain sambil belajar.
c. Secara tetap membuat jeda di tengah
waktu belajar.
d. Menjiplak gambar atau kata untuk belajar
mengucapkannya atau memahami fakta.
e. Penggunaan komputer.
f. Menguji memori ingatannya dengan cara
melihat langsung fakta di lapangan.
Menurut
Adi W.Gunawan metode yang cocok untuk siswa Kinestetik adalah;
a. Drama, yaitu mengubah bentuk materi pembelajaran menjadi sebuah drama yang
menjelaskan sebuah materi.
b. Menciptakan sesuatu gerakan, bahasa
tubuh atau mimik muka saat menjelaskan.
c. Manipulasi atau permainan di kelas
seperti menggunakan kartu yang berisi materi pelajaran yang saling berhubungan.[9]
D. Kelebihan dan Kelemahan Tipologi Belajar
1. Tipologi Visual
a. Kelebihan
1) Rapi dan teratur.
2)
Dapat
mengingat detail warna dengan sangat baik, mampu membaca, mengeja, dan
menghafal pelajaran dengan baik.
3)
Sangat
baik dalam mengigat wajah seseorang, tetapi sering kali lupa dengan nama orang
tersebut.
4) Saat menghafal dan memahami suatu
informasi, biasanya mereka memvisualisasikan gambar atau image dalam
pikirannya, umumnya berpenampilan rapi dan baik.
5) Ketika memecahkan masalah cara yang
dilakukan oleh anak visual adalah dengan membaca informasi, serta membuat
daftar mengenai masalah atau hambatan apa saja yang ia hadapi.
6) Mempunyai sifat teleti dan detail ketika
mengerjakan sesuatu.
7) Biasanya tidak terganggu jika harus
belajar di dalam keributan atau keramaian, anak tetap akan berkonsentrasi
ketika harus belajar di tempat ramai.
8) Tulisan tangan relative rapi dan bagus.
9) Cenderung suka membaca.
b. Kelemahan
1) Susah belajar dalam suasana yang ramai,
rebut dan banyak gangguan.
2) Susah memahami penjelasan guru tanpa
disertai dengan gambar atau grafik.
3) Terganggu konsentrasinya saat melihat
tampilan (baik penampilan seseorang atau tampilan suatu informasi) yang
menurutnya tidak menarik atau justru jelek.
4) Sering kali mengetahui apa yang harus
dikatakan, tetapi tidak pandai dalam memilih kata-kata.
5) Mengingat dalam instruksi verbal.
6) Kurang menyukai berbicara.
7) Biasanya suka rmengingat suatu informasi
yang diberikan secara lisan.[10]
2. Tipologi Auditori
a. Kelebihan
1) Jika melakukan presentasi suatu hasil
kerja dapat melakukannya dengan baik.
2) Dapat dengan mudah menirukan perkataan
orang lain dalam waktu yang singkat.
3) Memiliki tata bahasa yang baik.
4) Dengan mudah menghafal nama orang lain.
5) Senang berbicara.
6) Jika melakukan pembicaraan di depan
banyak orang, dapat melakukan dengan mudah.
7) Jika berbicara iramanya memiliki pola.
b. Kelemahan
1) Tidak membaca dengan baik (umumnya
membaca dengan pelan).
2) Susah mengingat sesuatu jika membacanya
tanpa menggunakan suara.
3) Susah untuk membuat karangan.
4) Susah diam dalam waktunya cukup lama.
5) Mudah terganggu dengan keributan.
3. Tipologi Kinestetik
a. Kelebihan
1) Umumnya memiliki penampilan yang rapi.
2) Lebih pintar dalam bidang olahraga.
3) Suka dengan pekerjaan yang di lakukan
dalam laboratorium.
4) Kerjasama antara mata dan tangan sangat
bagus.
b. Kelemahan
1) Mudah gelisah dan frustasi dalam
mendengar sesuatu sambil duduk dalam waktu yang lama, sehingga membutuhkan
sedikit istirahat.
2) Kurang baik dalam melakukan pengejaan
kata.
3) Jika membaca menggunakan jari telunjuk.
4) Kurang menguasai dalam bidang geografi,
kecuali sudah berkali-kali datang ke tempat tersebut.
[1] J.P Caplin.
Penerjemah Kartini Kartono. Kamus Lengkap
Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006. Hl 521
[2] Ibid…. Hlm. 524
[3]
Bobbi De Porter & Mike Hermacki, Quantum
Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan: Cet ke-21, (
Bandung: Kaifa, 2005), hal. 113
[4] Fajar
Isnaeni Saputri, Pengaruh Gaya Belajar
Visual, Auditori, dan Kinestetik Terhadap Prestasi Belajar Siswa,
(Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta)
[5] Adi W.
Gunawan. Born To Be a Genius. (Jakarta: Grameida Pustaka Utama. 2003). hlm.
94
[6] Bobbi De
Porter Hermacki Mike.Penerjemah Alwiayah Abdurahman. Quantum Learning
Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan: Cet ke-21. (Bandung: Kaifa,
2005). Hlm. 120
[7] Hamzah B.Uno.Orientasi
Baru dalam Psikologi Pembelajaran: Cet ke-1. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006).
Hlm.182
[8] M. Joko Susilo. Gaya Belajar Menjadi Makin Pintar. (Yogyakarta: Pinus,2006). Hlm.112 dan 150
[9] Adi W. Gunawan.Born
To Be a Genius. (Jakarta: Grameida Pustaka Utama, 2003). Hm.130
Tidak ada komentar:
Posting Komentar