Selasa, 07 Mei 2019

Pengorganisasian (manajemen)

A.     Pengertian Pengorganisasian
Organisasi  berasal  dari  kata Yunani  “Organon”  dan  istilah  Latin ”Organum”  yang  berarti  alat,  bagian, anggota  atau  badan.  Memang  tidak  bisa dipungkiri bahwa istilah organisasi setiap ahli  mempunyai  pengertian  yang berbeda-beda. hester  I.  Bernard mengemukakan  bahwa  organisasi  adalah suatu  sistem  yang  didalamnya  terdapat aktivitas  kerjasama  yang  dilakukan  oleh dua  orang  atau  lebih.  Sedangkan  Oliver Shelsom,  John  M.  Phiffner,  S.  Owen  Lane mereka  sepakat  bahwa  organisasi  adalah penggabungan  kerja  orang-orang  atau sekelompok  orang-orang  yang  memiliki kemampuan  untuk  melaksanakan  tugas-tugas.[1]
Pengorganisasian  merupakan  proses  membagi  kerja  ke  dalam  tugas-tugas  kecil, membebankan  tugas-tugas  itu  kepada  orang  sesuai  dengan kemampuannya,  dan  mengalokasikan  sumber  daya,  serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan  menurut  T.  Hani  Handoko  pengorganisasian  merupakan  proses dan  kegiatan  untuk:  1)  penentuan  sumber  daya-sumber  daya  dan  kegiatankegiatan  yang  dibutuhkan  untuk  mencapai  tujuan  organisasi,  2)  perancangan dan  pengembangan  suatu  organisasi  atau  kelompok  kerja  yang  dapat membawa  hal-hal  tersebut  ke  arah  tujuan,  3)  penugasan  tanggung jawab tertentu, dan 4) mendelegasikan wewenang yang diperlukan kepada individuindividu untuk melaksanakan tugas-tugasnya.  Fungsi ini menciptakan struktur formal di mana pekerjaan ditetapkan, dibagi, dan dikoordinasikan.[2]
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang kedua dan merupakan langkah strategis untuk mewujudkan suatu rencana organisasi. Menurut Winadi (1990) pengorganisasian ialah suatu proses pekerjaan yang ada dibagi dalamkomponen-komponen yang dapat ditangani dan aktivitas-aktivitas mengkoordinasikanhasil yang dicapai untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Robbins (1984) pengorganisasian ialah suatu hal yang berkaitan dengan penetapan tugas-tugas untuk dilakukan, siapa yang melakukannya, bagaimana tugas-tugas itu dikelompokkan, siapa yang melaporkan, kepada siapa laporan disampaikan, dan di mana keputusan dibuat.[3]
Pengorganisasian  pendidikan  Islam  merupakan  segala  sumber daya  untuk  mengoptimalkan  kemampuan  masing-masing  pribadi  hingga terwujud  kerjasama  dalam  mencapai  tujuan  pendidikan  Islami  melalui pelaksanaan  rencana. Dalam kehidupan organisasi pendidikan Islam yang di dalamnya berisikan kumpulan  sejumlah  orang,  adanya  pembagian  bidang  pekerjaan. Pembagian bidang pekerjaan menciptakan adanya pemimpin dan anggota di mana dengan otoritas dan keteladanannya mempengaruhi para anggota untuk  bekerja  secara  sukarela  dan  bersama-sama  mencapai  tujuan  yang telah ditetapkan.[4]
B.     Tujuan Pengorganisasian
Pengorganisasian  dimaksudkan  untuk mengelompokkan  kegiatan-kegiatan  yang  diperlukan  dan  bagaimana hubungan antar kegiatan tersebut dalam suatu bentuk struktur organisasi atau institusi. Organisasi  dalam  pandangan  Islam  bukan  semata-mata  wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara  rapi.  Organisasi  lebih  menekankan  pada  pengaturan  mekanisme kerja.[5] Perencanaan  dalam  manajemen  tidak akan berjalan atau berhasil tanpa adanya pengorganisasian.[6]
Pendidikan sebagai sebuah organisasi harus dikelola sedemikian rupa agar aktivitas pelaksanaan program pendidikan dapat berjalan secara efisien, efektif, dan produktif untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian, diantara tujuan organisasi pendidikan adalah sebagai berikut:[7]
1.      Mengatasi keterbatasan kemampuan, kemauan, dan sumber daya yang dimiliki dalam mencapai tujuan pendidikan.
2.      Terciptanya efektivitas dan efisiensi organisasi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
3.      Dapat menjadi wadah pengembangan potensi dan spesialisasi yang dimiliki.
4.      Menjadi tempat pengembangan ilmu pengetahuan.
Ada beberapa tujuan pengorganisasian, yaitu: [8]
1.      Membantu koordinasi, yaitu memberi tugas pekerjaan kepada unit kerja secara koordinatif agar tujuan organisasi dapat melaksanakan dengan mudah dan efektif. Koordinasai dibutuhkan tatkala harus membagi unitkerja yang terpisah dan tidak sejenis, tetapi berada dalam satu organisasi.
2.      Memperlancar pengawasan, yaitu dapat membantu pengawasan dengan menempatkan seorang anggota manajer yang berkompetensi dalam setiap unit organisasi. Dengan demikian sebuah unit dapat ditempatkan di dalam organisasi secara keseluruhan sedemikian rupa agar dapat mencapai sasaran kerjanya walaupun dengan lokasi yang tidak sama. Unit-unit operasional yang identik dapat disatukan dengan sistem pengawasan yang identik pula secara terpadu.
3.      Maksimalisasi manfaat spesialisasi,  yaitu dengan konsentrasi kegiatan, maka dapat membantu seorang menjadi lebih ahli dalam pekerjaan-pekerjaan tertentu. Spesialisasi pekerjaan dengan dasar keahlian dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, sehingga kemanfaatan produk dapat memberikan kepuasan dan memperoleh kepercayaan peserta pelatihan.
4.      Penghematan biaya, artinya dengan pengorganisasian, maka akan tumbuh  pertimbangan yang berkaitan dengan efisiensi. Dengan demikian pelaku  organisasi akan selalu berhati-hati dalam setiap akan menambah unit kerja baru yang notabene menyangkut penambahan  tenaga kerja yang relatif banyak membutuhkan biaya tambahan berupa gaji/upah. Penambahan unit kerja sebaiknya dipertimbangkan berdasarkan  nilai sumbangan pekerja baru dengan tujuan untuk menekan upah buruh yang berlebihan.
5.      Meningkatkan kerukunan hubungan antar manusia, dengan pengorganisasian, maka masing-masing pekerja antar unit  kerja dapat bekerja saling melengkapi, mengurangi kejenuhan, menumbuhkan  rasa saling membutuhkan, mengurangi pendekatan materialistis. Untuk ini pihak manajer harus mampu mengadakan pendekatan sosial dengan penanaman rasa solidaritas dan berusaha menampung serta menyelesaikan berbagai perbedaan yang bersifat individual.
C.     Prinsip-Prinsip Pengorganisasian
Menurut Roco Carzo, o asas-asas atau prinsip-prinsip organisasi sebagai berikut:[9]
1.       Organisasi harus memiliki tujuan yang jelas
Sebelumnya juga sudah dijelaskan bahwa tujuan yang jelas yang benar-benar urgen bagi setiap organisasi agar terarah apa yang dicita-cita orang-orang yang berada diorganisasi tersebut.
2.      Skala Hirarki
Skala Hirarki dapat diartikan sebagai perbandingan kekuasaan disetiap bagian yang ada. Kekuasaan yang terukur, jika jelas berapa banyak bawahan dan jenis pekerjaan apa saja yang menjadi titik tumpu sebuah organisasi. Artinya tidak sama antara kepala sekola dengan pembantu kepala sekolah dalam ukuran hirarki kekuasaan. Yang hanya bisa memerintah bawahan adalah atasan. Itu yang menjadi tolak ukur di manapun organisasi itu berdiri.
3.       Kesatuan perintah/komando
Untuk sentralisasi organisasi, kesatuan perintah itu terletak di pucuk pimpinan tertinggi. Jika disekolah, maka kepala sekolahlah yang bisa memerintah seluruh komponen sekolah, tetapi untuk desentralisasi, pembantu kepala sekolah atau guru yang mempunyai peran mengkomandokan bagian kekuasaan.
4.      Pelimpahan wewenang
Dalam hal ini, ada dua pelimpahan wewenang, yakni :
a.       Secara permanen yang ditandai dengan Surat Keputusan Tetap (SK)
b.      Secara sementara yang sifatna dadakan. Contoh kepala sekolah berhalangan menghadiri undangan rapat di Depdiknas tentang UIN, amak yang berhak menggantikan adalah PKS I yang sifatnya sementara.
5.      Pertanggung Jawaban
Dalam melakukan tugas, semua bawahan bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas dan hasil kerjanya. Juga bertanggung jawab atas kemajuan organisasi kepada bawahannya. Jadi semua pihak bertanggung jawab pada setiap apa yang dia kerjakan.
6.      Pembagian pekerjaan
Pembagian Pekerjaan sangat diperlukan untuk menutupi ketidakmampuan setiap orang untuk mengerjakan semua pekerjaan yang ada dalam organisasi. Perlu adanya spesialisasi pekerjaan yang disuaikan dengan keahlian masing-masing. Kegiatan-kegiatan itu perlu dikelompokkan dan ditentukan agar lebih efektif dalam mencapai tujuan organisasi.
7.      Rentang pengendalian
Jenjang atau rentang pengendalian berkaitan dengan jumlah bawahan yang harus dikendalikan seorang atasan. Oleh sebab itu tingkat-tingkat kewenangan yang ada harus dibatasi seminimal mungkin sehingga tidak semua merasa menjadi atasan.
8.      Fungsional
Bahwa seorang dalam organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan wewenang nya, kegiatannya, hubungan kerjanya, serta tanggung jawabnya dalam pencapaian tujuan organisasi.
9.      Pemisahan
Prinsip pemisahan ini berkaitan dengan beban tugas individu yang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain. Kecuali ada hal-hal tertentu diluar kuasa manusia, misal sakit.
10.   Keseimbangan
Prinsip ini berhubungan dengan keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Keseimbangan antara beban tugas, imbalan, waktu bekerja dan hasil pekerjaan.
11.   Flexibelitas
Suatu pertumbuhan dan perkembangan organisasi tergantung pada dinamika kelompok. Keseimbangan penugasan dengan imbalan perlu diperhatikan dengan baik dalam memenuhi tujuan organisasi.
12.   Kepemimpinan
Kepemimpinan sangat berarti bagi sebuah organisasi. Semua aktivitas dijalankan oleh pemimpin. Pemimpin juga bertanggung jawab atas kemajuan dan kemunduran organisasi. Seluruh fungsi-fungsi manajemen akan dikendalikan sepenuhnya oleh pemimpin. Oleh karena itu, kepemimpinan dianggap sebagai inti dari organisasi ataupun manajemen.



[1] Saefrudin, “Pengorganisasian Dalam Manajemen”, Jurnal Al-Hikmah, Vol.5 No.2 Oktober 2017, 57
[2] Fathor Rachman, “Manajemen Organisasi dan Pengorganisasian dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadith”, Jurnal Studi Keislaman, Vol. 1 No.12 Desember 2015, 294-295.
[3] Syafaruddin, Manajemen Organisasi Pendidikan Perspektif Sains dan Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2015), hal 83.
[4] Septuri, Konsep Manajemen Pendidikan Islam: Sebuah Analisis Aspek Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Konsep Manajemen Pendidikan Islam, IAIN Raden Intan Lampung, hal. 71
[5] Ibid., hal.70
[6] Saefrudin, Pengorganisasian Dalam Manajemen…., hal. 56.
[7] Didin Kurniadin & Imam Machali, Manajemen Pendidikan Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal. 241-242.
[9] Nasrul Syakur Chaniago, Manajemen Organisasi, (Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2011), hal. 22-24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal Tipologi Belajar Siswa

  A.            Pengertian Tipologi Belajar Tipologi mengandung dua kata yakni “Tipo” dan “Logi”, yang berasal dari “Tipe” dan “Logos”, Ti...